Sejak kecil, Rino Raymond sudah hidup di dalam tekanan. Hampir setiap hari omelan dan perlakuan kasar ia terima dari ibunya sendiri.
""Aduh, cepat mati aja emak gw", tertekan saya. Saking seringnya saya dimarahi sampai kemarahan dari ibu saya itu tidak memandang tempat. Yang menyakitkan saya dan saya teringat sekali, saya sering dimarahin di depan teman-teman,"
"Sebagai anak, saya merasa sakit karena saya tidak merasa dihargai di depan teman-teman saya."
Suatu kali, karena tidak tahan dengan kata-kata kasar dari ibunya,
Rino kecil membentak orangtuanya tersebut dan pergi masuk ke dalam
kamar tidurnya. Namun, tidak lama kemudian masuklah sang ayah.
Bukannya mendapat pembelaan, ia justru disalahkan oleh sang ayah karena sikapnya terhadap ibunya.
"Jadi, otomatis di dua belah pihak, saya tidak ada yang memihak. Jadi akhirnya saya kemana? Nah itu mulai kekosongan, lack of mother. Jelas, jadi kekurangan kasih sayang seorang ibu itu jelas di dalam hidup saya, hancur."
Kehidupan Masa Muda
Beranjak
besar, Rino menjadi orang yang suka keluyuran di luar rumah. Kehidupan
malam sering diikutinya demi untuk mendapatkan kedamaian dan kasih.
Bela diri yang dipelajari dari sejak SMP membuatnya menjadi orang yang tidak takut dengan siapa pun juga, bahkan ia sangat menikmati ketika bisa saling baku hantam dengan orang lain.
Keberaniannya
ini sempat mendapat ujian yaitu ketika ia dipanggil oleh ketua kelompok
gangster yang merasa tersinggung dengan kehadirannya yang dianggap
mengikutcampuri urusan mereka.
Dengan
keadaan sedikit mabuk, Rino menanggapi secara santai segala kemarahan
ketua kelompok gangster. Saat pistol ditodongkan ke wajahnya, ia tetap
berlaku sama. Tak butuh waktu lama, sikap ketua kelompok gangster
tersebut pun menjadi lunak dan mengizinkannya beraktivitas kembali di
klub malam itu.
Ibu Jatuh Sakit
Berhari-hari
tidak pulang, Rino akhirnya kembali ke rumah. Ketika masuk ke dalam,
sang kakak ternyata sudah ada disana. Berawal dari menanyakan kabar,
dimanakah ia selama ini, saudarinya itu pun memberitahunya bahwa ibu mereka jatuh sakit dan kini berada di rumah sakit.
Dengan sedikit bermalas-malasan, ia menolak mentah-mentah ajakan kakaknya untuk menjenguk orang yang telah melahirkannya.
Bertemu Junaedi Salat
Di
masa SMA, Rino diajak seorang temannya untuk masuk ke dalam kelompok
vokal yang dibentuk oleh Guruh Soekarno Putra. Lewat audisi yang cukup
ketat, ia pun diterima sebagai bagian dari grup penyanyi yang nantinya
mereka beri nama Swara Mahardika. Disinilah, ia berkenalan dengan sosok
bintang terkenal film 70an, Junaedi Salat.
"Saya satu angkatan dengan Mas Jun (Junaedi Salat, red)
itu. Disitu perkenalan kami disitu. Dekat dekat, cukup dekat karena dia
masih artis top waktu dia kan mainnya Ali Topan Anak Jalanan."
"Berjalan beberapa lama, dia menghilang dari peredaran. Ternyata hidupnya berubah. Hidupnya berubah menjadi seorang pendeta."
3 tahun mereka tidak saling bersua, Rino menemui Junaedi Salat di rumah Junaedi Salat.
Saling bertukar kabar menjadi inti pembicaraan kedua sahabat di hari
itu. Di tengah-tengah perbincangan, seorang teman yang lain menelepon
Rino.
"Jadi
waktu itu ada teman saya, dia ambil anak. Saya juga bantu
ngasuh-ngasuh, tak tahu anak itu sakit. Singkat cerita, kita bawa ia ke
suatu rumah sakit. Di rumah sakit itu dimana saya juga nemenin dia.
Tidur disitu. Disitu saya mulai banyak merenung. Disitu saya diem, saya
melihat segala sesuatunya "Kok begini ya hidup ya?", "begini ya
kesusahan hidup ya?", Terus saya merenung terus. Ini kok semakin kosong.
Terus saya keluar."
"Saya
berdiri di balkon, saya melihat ke langit. Saya tahu ada yang namanya
Tuhan, Tuhan Yesus. Saya berdiri di balkon dan bilang begini,"Tuhan
Yesus kalau Engkau memang ada, tolong saya".
Di tengah banyak pertanyaan yang muncul, satu suara dengan jelas menyuruh Rino untuk pulang ambil jimatnya dan menemui Junaedi Salat.
Bertobat
Rino
mengikuti segala apa yang dikatakan oleh suara yang ia dengar ketika
berada di atas balkon. Tanpa menunggu lama, ia meluncur ke rumah Junaedi Salat. Awalnya, orang yang ditemui Rino tidak ada, tetapi beberapa waktu kemudian orang yang dicari muncul di depan mukanya.
"Dia (Junaedi Salat, pen)
masuk, dia bengong. "Eh Rin" dia bengong, "Kenapa Rin?". "Mas, gw gak
tahu mas, gw dengar suara gw harus datang kesini, gw harus ketemu Mas
Jun, sekarang saya sudah datang kesini, saya tidak tahu apa lagi yang
harus saya perbuat,"
"Mas
Jun ingetin saya seperti ini, "Sebelum kita bicara, itu keluarin dulu
jimat-jimat yang di kantong". Waduh, saya kaget, "Ihh, kok dia tahu gw
bawa jimat?" Akhirnya saya keluarin, saya kasih ke dia, saya gak tahu
saya kasih berapa. Tanya dia aja kalau ketemu sama dia saya kasih
berapa."
Sesudah memberikan jimat-jimat, Junaedi Salat pun mengajaknya untuk berdoa.
"Itu
saya nangis gak tahu kayak apa. Saya udah gak bisa tahan, saya nangis,
saya terima Tuhan Yesus. Waktu saya duduk begini, ada sesuatu yang luar
biasa yang belum pernah saya rasakan."
Junaedi Salat pun mengatakan bahwa damai yang Rino rasakan adalah damai yang berasal dari Tuhan yang sudah mulai masuk ke dalam dirinya.
Di sela obrolan mereka, Junaedi menanyakan mengenai keadaan orangtua Rino.
"Papa
udah lama meninggal, mas dan kalau mama dirawat di rumah sakit karena
penyakit diabetes, Mas. "Terus kamu udah jenguk mama kamu?" "Belum Mas
karena waktu itu aku sakit hati sama mama" "Rin, apapun masalah kamu
dengan mama kamu, dia itu mama kamu dan kamu harus berdamai dengan mama
kamu, jadi lebih baik kamu sekarang menjenguk kamu" "Iya Mas, besok saya
akan kesana""
"Saya
pulang itu dengan hati yang berubah. Yang paling penting paradigma saya
sudah beruba semua. Jadi disitu saya lihat betapa Tuhan punya caranya
untuk membuktikan kasih-Nya kepada kita. Mulai saat itu saya melihat
segala sesuatu berubah. Saya tidak ada rasa kecewa, terus saya mulai
memandang ibu saya berubah,"
Akhir Manis
Ibu
Rino akhirnya meninggal dunia pada tahun 1998. Di tengah kehilangan
yang ia alami, Rino memiliki satu yang membuatnya bahagia karena sebelum
sang ibu meninggal dunia, ia telah memaafkan segala kelakuan jahat sang ibu kepadanya bertahun-tahun lamanya dahulu.
"Saya
mengucap syukur karena Tuhan berkarya, memotivasi, memproses hidup saya
dari hal-hal yang buruk saya anggap, ini seperti cerita film happy ending.
Hal-hal buruk yang benar-benar di batas pertahanan kita ternyata di
balik itu Tuhan kasih kemenangan yang luar biasa. Banyak proses saya
lalui, tapi Tuhan memberi kekuatan. Yang saya mengucap syukur kepada
karena saya sudah diselamatkan. Jadi permasalahan apapun yang saya
hadapi, saya belajar ingat kembali kasih mula-mula sama Tuhan, Dia sudah
selamatkan saya di surga, itu"
0 komentar:
Posting Komentar